Langsung ke konten utama

Nabi yang ummi

BERIKUT ARTIKEL YANG KAMI SALIN DARI SITUS nu.or.id YANG MENARIK UNTUK KITA LIHAT BERSAMA DENGAN JUDUL: "Rekontekstualisasi Makna ‘al-Ummi’ pada Diri Nabi" 

Artikel ditulis oleh Muhammad Ishom, dosen Fakultas Agama Islam Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Surakarta. 

Kata “al-ummi” sangat populer di kalangan umat Islam termasuk di Indonesia. Hal ini dikarenakan Nabi Muhammad SAW disebut “al-ummi” sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an Surat Al-A’raf Ayat 157. 

Surat Al-A’raf Ayat 157 

الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الرَّسُولَ النَّبِيَّ الْأُمِّيَّ الَّذِي يَجِدُونَهُ مَكْتُوبًا عِنْدَهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ يَأْمُرُهُمْ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَاهُمْ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبَاتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبَائِثَ وَيَضَعُ عَنْهُمْ إِصْرَهُمْ وَالْأَغْلَالَ الَّتِي كَانَتْ عَلَيْهِمْ ۚ فَالَّذِينَ آمَنُوا بِهِ وَعَزَّرُوهُ وَنَصَرُوهُ وَاتَّبَعُوا النُّورَ الَّذِي أُنْزِلَ مَعَهُ ۙ أُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ 

(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma'ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya. memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Quran), mereka itulah orang-orang yang beruntung.

Secara etimologis kata “al-ummi” berasal dari kata bahasa Arab “al-umm” yang artinya “ibu” dalam bahasa Indonesia. Kata “al-ummi” sebetulnya memiliki makna atau arti yang beragam, salah satunya adalah seseorang yang diasuh sendiri oleh ibunya di rumah. 

Sewaktu saya masih kecil dan duduk di bangku Madrasah Ibtidaiyah, salah seorang guru saya mengartikan “al-ummi” dengan “mbok-mboken” yang maksudnya adalah serorang anak yang tidak mau lepas dari ibunya (sehingga tidak pernah sekolah). Akibatnya sang anak menjadi buta huruf. Jadi jika kata “al-ummi” langsung diartikan “buta huruf” itu sebetulnya ada satu proses logis yang dilompati. Dalam kaitan dengan kata “al-ummi” yang dilekatkan kepada Nabi Muhammad SAW, tentu ada hubungannya dengan keberadaan ibu beliau, Dalam hal ini cinta sang ibu – Siti Aminah - kepada beliau begitu dalam. 

Allah SWT juga sangat mencintai beliau sehingga tak seorang pun manusia diberi-Nya kesempatan menyentuh pikiran beliau dengan mengajarkan sesuatu melalui baca tulis. Oleh karena itu, banyak orang mengartikan kata “al-ummi” dengan “orang yang buta huruf” seperti dinyatakan WJS Poerwadarminta dalam “Kamus Umum Bahasa Indonesia”, terbitan PN Balai Pustaka Jakarta, tahun 1983, halaman 1124. 

Pertanyaannya adalah, apakah Nabi Muhammad SAW benar-benar buta huruf? 

Jawabnya, sulit untuk menyatakan bahwa Nabi Muhammad SAW benar-benar buta huruf, dalam arti tidak bisa membaca dan menulis sama sekali sepanjang hidupnya sebab setelah turunnya Al-Qur’an beliau pernah merevisi rancangan Perjanjian Hudaibiyah yang draftnya ditulis oleh Ali bin Abi Thalib. Nabi SAW menghapus sendiri kata-kata “Rasulullah” dan menggantinya dengan “Ibnu Abdillah” setelah Ali bin Abi Thalib menolak untuk melakukannya. Ali bin Abi Thalib hanya bersedia menunjukkan tempat kata-kata “Rasulullah” saja. 

Orang-orang Quraisy yang diwakili Suhail bin Amr merasa keberatan dimasukkannya kata-kata “Rasulullah” ke dalam teks perjanjian tersebut dan menuntut supaya diganti dengan “Ibnu Abdillah” karena mereka tidak mempercayai kerasulan Muhammad. Tuntutan ini dipenuhi Nabi Muhammad SAW dengan menghapus dan mengganti sendiri kata-kata itu dengan kata-kata “Ibnu Abdillah”. 

Selain itu Nabi Muhammad SAW juga pernah mengatakan bahwa ada tulisan كَافِر (kafir) di antara kedua mata Dajjal sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari. Dalam riwayat Muslim, Nabi bahkan mengeja kata كَافِر (kafir) itu dengan ك ف ر (k f r). Artinya ini menunjukkan bahwa Nabi Muhammad SAW pernah membaca karena mengeja itu bagian dari membaca. Namun demikian, merupakan kesalahan besar untuk mempercayai bahwa Nabi Muhammad SAW pandai membaca dan menulis karena tidak ada bukti empiris tentang hal ini. 

Dalam Al-Qur’an surah Al’Ankabut ditegaskan bahwa Nabi Muhammad SAW tidak pernah membaca kitab apa pun atau menulisnya sebelum Al-Qur’an diturunkan sebagaimana bunyi ayat 48 berikut ini: 

وَمَا كُنْتَ تَتْلُو مِنْ قَبْلِهِ مِنْ كِتَابٍ ولا تَخُطُّهُ بِيَمِينِكَ ۖ إِذًا لاَرْتَابَ الْمُبْطِلُونَ 

“Dan engkau (Muhammad) tidak pernah membaca sesuatu Kitab pun sebelum adanya Al-Qur’an dan engkau tidak (pernah) menulis suatu Kitab dengan tangan kananmu; sekiranya (engkau pernah membaca dan menulis), niscara ragu orang-orang yang mengingkarinya.” 

Ayat di atas menjelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW tidak pernah membaca dan menulis sesuatu apa pun sebelum turunnya Al-Qur’an. Tetapi setelah Al-Qur’an turun Nabi Muhammad SAW pernah suatu ketika menulis kata-kata sebagaimna tertuang dalam teks Perjajian Hudaibiyah di atas. Selain menulis, Nabi Muhammad SAW juga pernah membaca atau mengeja kata sebagaimana diriwayatakan oleh Bukhari dan Muslim di atas. 

Hikmah di balik fakta bahwa Nabi Muhammad tidak pernah membaca dan menulis adalah bahwa hal itu merupakan bukti yang menegaskan bahwa Al-Qur’an berasal dari Allah SWT dan bukan karya beliau. Semua pengetahuan yang diperoleh Nabi Muhammad adalah intuisi (wahyu) dari Allah yang tidak menuntut kemampuan membaca dan menulis. Malaikat Jibril paling sering menyampiakan wahyu kepada Nabi Muhammad SAW dengan metode pendengaran dengan mentransfer ayat-ayat Al-Qur’an secara langsung ke dalam memori Nabi Muhammad SAW melalui pendengaran dan hati beliau tanpa melibatkan kegiatan visual seperti membaca dan menulis. 

Berdasarkan pada fakta-fakta di atas, beberapa cendekia kontemporer kurang setuju jika hingga sekarang kata “al-ummi” yang melekat pada Nabi Muhammad SAW masih diartikan”buta huruf’. Sebagai gantinya mereka mengusulkan arti atau makna yang lebih sesuai dengan konteks sekarang, yakni “tidak bisa baca tulis” karena memang tidak pernah diajar guru manusia dengan metode baca tulis. Arti baru ini sejalan dengan apa yang disebutkan dalam Kamus Al-Munawwir Arab - Indonesia, karangan Ahmad Warson Munawwir, terbitan Pustaka Progresif Yogyakarta, tahun 1997, halaman 40, dimana kata “al-ummi” diartikan “Yang tak dapat membaca dan menulis” dan bukan “buta huruf”. 

Rekontekstualisasi makna “al-ummi” di atas, menurut penulis, lebih baik sebab di zaman sekarang “buta huruf” sudah identik dengan “bodoh” dan “terbelakang”. Apalagi ada program pemerintah dan PBB untuk memberantas buta huruf di seluruh negeri dan penjuru dunia. Oleh karena itu rekontekstualisasi makna tersebut menjadi sangat penting untuk menjaga kebesaran dan kemuliaan Nabi Muhammad SAW yang memang secara faktual memenuhi sifat-sifat wajib rasul yang meliputi: fathonah (cerdas dan tidak pelupa), shiddiq (berkomitmen tinggi terhadap kebenaran), tabligh (mau dan mampu menyampakan wahyu), dan amanah (sangat kredibel).  

SELAIN ITU, KAMI KUTIP JUGA DARI SITUS asysyariah.com

Al-Ustadz Abu Ismail Muhammad Rijal, Lc.

 عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ الَّله أَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ أَتَى النَّبِيَّ بِكِتَابٍ أَصَابَهُ مِنْ بَعْضِ أَهْلِ الْكُتُبِ فَقَرَأَهُ النَّبِيُّ فَغَضِبَ فَقَالَ: أَمُتَهَوِّكُونَ فِيهَا يَا ابْنَ الْخَطَّابِ، وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَقَدْ جِئْتُكُمْ بِهَا بَيْضَاءَ نَقِيَّةً لَا تَسْأَلُوهُمْ عَنْ شَيْءٍ فَيُخْبِرُوكُمْ بِحَقٍّ فَتُكَذِّبُوا بِهِ أَوْ بِبَاطِلٍ فَتُصَدِّقُوا بِهِ، وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَوْ أَنَّ مُوسَى كَانَ حَيًّا مَا وَسِعَهُ إِلَّا أَنْ يَتَّبِعَنِي 

Dari Jabir bin ‘Abdillah radhiallahu ‘anhuma, Suatu saat ‘Umar bin al-Khaththab radhiallahu ‘anhu menghadap Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan membawa sebuah kitab yang ia dapatkan dari sebagian Ahli Kitab. Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membacanya. Beliau kemudian marah dan bersabda, “Apakah engkau termasuk orang yang bingung, wahai Ibnul Khaththab? Demi Dzat yang jiwaku berada di Tangan-Nya sungguh aku telah datang kepada kalian dengan membawa agama yang putih bersih. Jangan kalian bertanya sesuatu kepada mereka (Ahlul Kitab) karena (boleh jadi) mereka mengabarkan al-haq kepada kalian namun kalian mendustakan al-haq tersebut, atau mereka mengabarkan satu kebatilan lalu kalian membenarkan kebatilan tersebut. Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, seandainya Musa ‘alaihissalam masih hidup niscaya tidak diperkenan baginya melainkan dia harus mengikutiku.”

KAMI KUTIP JUGA DARI SITUS hadits.id

Hadits Shahih Al-Bukhari No. 4572 

Qutaibah telah menceritakan kepada kami,

 بَاب حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ بُكَيْرٍ حَدَّثَنَا اللَّيْثُ عَنْ عُقَيْلٍ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ ح و حَدَّثَنِي سَعِيدُ بْنُ مَرْوَانَ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الْعَزِيزِ بْنِ أَبِي رِزْمَةَ أَخْبَرَنَا أَبُو صَالِحٍ سَلْمَوَيْهِ قَالَ حَدَّثَنِي عَبْدُ اللَّهِ عَنْ يُونُسَ بْنِ يَزِيدَ قَالَ أَخْبَرَنِي ابْنُ شِهَابٍ أَنَّ عُرْوَةَ بْنَ الزُّبَيْرِ أَخْبَرَهُ أَنَّ عَائِشَةَ زَوْجَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ كَانَ أَوَّلَ مَا بُدِئَ بِهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الرُّؤْيَا الصَّادِقَةُ فِي النَّوْمِ فَكَانَ لَا يَرَى رُؤْيَا إِلَّا جَاءَتْ مِثْلَ فَلَقِ الصُّبْحِ ثُمَّ حُبِّبَ إِلَيْهِ الْخَلَاءُ فَكَانَ يَلْحَقُ بِغَارِ حِرَاءٍ فَيَتَحَنَّثُ فِيهِ قَالَ وَالتَّحَنُّثُ التَّعَبُّدُ اللَّيَالِيَ ذَوَاتِ الْعَدَدِ قَبْلَ أَنْ يَرْجِعَ إِلَى أَهْلِهِ وَيَتَزَوَّدُ لِذَلِكَ ثُمَّ يَرْجِعُ إِلَى خَدِيجَةَ فَيَتَزَوَّدُ بِمِثْلِهَا حَتَّى فَجِئَهُ الْحَقُّ وَهُوَ فِي غَارِ حِرَاءٍ فَجَاءَهُ الْمَلَكُ فَقَالَ اقْرَأْ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا أَنَا بِقَارِئٍ قَالَ فَأَخَذَنِي فَغَطَّنِي حَتَّى بَلَغَ مِنِّي الْجُهْدَ ثُمَّ أَرْسَلَنِي فَقَالَ اقْرَأْ قُلْتُ مَا أَنَا بِقَارِئٍ فَأَخَذَنِي فَغَطَّنِي الثَّانِيَةَ حَتَّى بَلَغَ مِنِّي الْجُهْدَ ثُمَّ أَرْسَلَنِي فَقَالَ اقْرَأْ قُلْتُ مَا أَنَا بِقَارِئٍ فَأَخَذَنِي فَغَطَّنِي الثَّالِثَةَ حَتَّى بَلَغَ مِنِّي الْجُهْدَ ثُمَّ أَرْسَلَنِي فَقَالَ { اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ الْآيَاتِ إِلَى قَوْلِهِ عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ } فَرَجَعَ بِهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَرْجُفُ بَوَادِرُهُ حَتَّى دَخَلَ عَلَى خَدِيجَةَ فَقَالَ زَمِّلُونِي زَمِّلُونِي فَزَمَّلُوهُ حَتَّى ذَهَبَ عَنْهُ الرَّوْعُ قَالَ لِخَدِيجَةَ أَيْ خَدِيجَةُ مَا لِي لَقَدْ خَشِيتُ عَلَى نَفْسِي فَأَخْبَرَهَا الْخَبَرَ قَالَتْ خَدِيجَةُ كَلَّا أَبْشِرْ فَوَاللَّهِ لَا يُخْزِيكَ اللَّهُ أَبَدًا فَوَاللَّهِ إِنَّكَ لَتَصِلُ الرَّحِمَ وَتَصْدُقُ الْحَدِيثَ وَتَحْمِلُ الْكَلَّ وَتَكْسِبُ الْمَعْدُومَ وَتَقْرِي الضَّيْفَ وَتُعِينُ عَلَى نَوَائِبِ الْحَقِّ فَانْطَلَقَتْ بِهِ خَدِيجَةُ حَتَّى أَتَتْ بِهِ وَرَقَةَ بْنَ نَوْفَلٍ وَهُوَ ابْنُ عَمِّ خَدِيجَةَ أَخِي أَبِيهَا وَكَانَ امْرَأً تَنَصَّرَ فِي الْجَاهِلِيَّةِ وَكَانَ يَكْتُبُ الْكِتَابَ الْعَرَبِيَّ وَيَكْتُبُ مِنْ الْإِنْجِيلِ بِالْعَرَبِيَّةِ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَكْتُبَ وَكَانَ شَيْخًا كَبِيرًا قَدْ عَمِيَ فَقَالَتْ خَدِيجَةُ يَا ابْنَ عَمِّ اسْمَعْ مِنْ ابْنِ أَخِيكَ قَالَ وَرَقَةُ يَا ابْنَ أَخِي مَاذَا تَرَى فَأَخْبَرَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَبَرَ مَا رَأَى فَقَالَ وَرَقَةُ هَذَا النَّامُوسُ الَّذِي أُنْزِلَ عَلَى مُوسَى لَيْتَنِي فِيهَا جَذَعًا لَيْتَنِي أَكُونُ حَيًّا ذَكَرَ حَرْفًا قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوَمُخْرِجِيَّ هُمْ قَالَ وَرَقَةُ نَعَمْ لَمْ يَأْتِ رَجُلٌ بِمَا جِئْتَ بِهِ إِلَّا أُوذِيَ وَإِنْ يُدْرِكْنِي يَوْمُكَ حَيًّا أَنْصُرْكَ نَصْرًا مُؤَزَّرًا ثُمَّ لَمْ يَنْشَبْ وَرَقَةُ أَنْ تُوُفِّيَ وَفَتَرَ الْوَحْيُ فَتْرَةً حَتَّى حَزِنَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مُحَمَّدُ بْنُ شِهَابٍ فَأَخْبَرَنِي أَبُو سَلَمَةَ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ أَنَّ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ الْأَنْصَارِيَّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يُحَدِّثُ عَنْ فَتْرَةِ الْوَحْيِ قَالَ فِي حَدِيثِهِ بَيْنَا أَنَا أَمْشِي سَمِعْتُ صَوْتًا مِنْ السَّمَاءِ فَرَفَعْتُ بَصَرِي فَإِذَا الْمَلَكُ الَّذِي جَاءَنِي بِحِرَاءٍ جَالِسٌ عَلَى كُرْسِيٍّ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ فَفَرِقْتُ مِنْهُ فَرَجَعْتُ فَقُلْتُ زَمِّلُونِي زَمِّلُونِي فَدَثَّرُوهُ فَأَنْزَلَ اللَّهُ تَعَالَى { يَا أَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ قُمْ فَأَنْذِرْ وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ وَالرِّجْزَ فَاهْجُرْ } قَالَ أَبُو سَلَمَةَ وَهِيَ الْأَوْثَانُ الَّتِي كَانَ أَهْلُ الْجَاهِلِيَّةِ يَعْبُدُونَ قَالَ ثُمَّ تَتَابَعَ الْوَحْيُ 

Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Bukair Telah menceritakan kepada kami Al Laits dari Uqail dari Ibnu Syihab -dalam riwayat lain- Dan Telah menceritakan kepadaku Sa'id bin Marwan Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abdul Aziz bin Abu Rizmah Telah mengabarkan kepada kami Abu Shalih Salmawaih ia berkata; Telah menceritakan kepadaku Abdullah dari Yunus bin Yazid ia berkata, Telah mengabarkan kepadaku Ibnu Syihab bahwa Urwah bin Zubair Telah mengabarkan kepadanya, bahwa Aisyah radliallahu 'anha isteri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berkata; Peristiwa awal turunnya wahyu kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam adalah diawali dengan Ar Ru`yah Ash Shadiqah (mimpi yang benar) di dalam tidur. Tidaklah beliau bermimpi, kecuali yang beliau lihat adalah sesuatu yang menyerupai belahan cahaya subuh. Dan di dalam dirinya dimasukkan perasaan untuk selalu ingin menyendiri. Maka beliau pun memutuskan untuk berdiam diri di dalam gua Hira`, beribadah di dalamnya pada malam hari selama beberapa hari dan untuk itu, beliau membawa bekal. Setelah perbekalannya habis, maka beliau kembali dan mengambil bekal. Begitulah seterusnya sehingga kebenaran pun datang pada beliau, yakni saat beliau berada di dalam gua Hira`. Malaikat mendatanginya seraya berkata, "Bacalah." Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab, "Aku tidak bisa membaca." Beliau menjelaskan: "Lalu Malaikat itu pun menarik dan menutupiku, hingga aku pun merasa kesusahan. Kemudian Malaikat itu kembali lagi padaku dan berkata, 'Bacalah.' Aku menjawab, 'Aku tidak bisa membaca.' Malaikat itu menarikku kembali dan mendekapku hingga aku merasa kesulitan, lalu memerintahkan kepadaku untuk kedua kalinya seraya berkata, 'Bacalah.' Aku menjawab, 'Aku tidak bisa membaca.' Ia menarik lagi dan mendekapku ketiga kalinya hingga aku merasa kesusahan. Kemudian Malaikat itu menyuruhku kembali seraya membaca, 'IQRA` BISMIKAL LADZII KHALAQ, KHALAQAL INSAANA MIN 'ALAQ IQRA` WA RABBUKAL AKRAM ALLADZII 'ALLAMAL BIL QALAM.. -hingga- 'ALLAMAL INSAANA MAA LAM YA'LAM.'" Maka dengan badan yang menggigil, akhirnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kembali kepada Khadijah seraya berkata, "Selimutilah aku..selimutilah aku." Hingga perasaan takut beliau pun hilang. Setelah itu, beliau berkata kepada Khadijah, "Wahai Khadijah, apa yang terjadi denganku, sungguh aku merasa khawatir atas diriku sendiri." Akhirnya, beliau pun menuturkan kejadian yang beliau alami. Khadijah berkata, "Tidak. Bergembiralah engkau. Demi Allah, Allah tidak akan mencelakakanmu demi selama-lamanya. Sesungguhnya engkau benar-benar seorang yang senantiasa menyambung silaturahmi, seorang yang jujur kata-katanya, menolong yang lemah, memberi kepada orang yang tak punya, engkau juga memuliakan tamu dan membela kebenaran." Akhirnya Khadijah pergi dengan membawa beliau hingga bertemu dengan Waraqah bin Naufal, ia adalah anak pamannya Khadijah, yakni saudara bapaknya. An Naufal adalah seorang penganut agama Nashrani pada masa Jahiliyah. Ia seorang yang menulis kitab Arab. Ia menulis dari kitab Injil dengan bahasa Arab. Saat itu, ia telah menjadi syeikh yang tua renta lagi buta. Khadijah berkata padanya, "Wahai anak pamanku. Dengarkanlah tuturan dari anak saudaramu." Waraqah berkata, "Wahai anak pamanku apa yang telah kamu lihat?" Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pun mengabarkan padanya tentang kejadian yang telah beliau alami. Kemudian Waraqah pun berkata, "Ini adalah Namus yang pernah diturunkan kepada Musa. Sekiranya aku masih muda, dan sekiranya aku masih hidup..." ia mengatakan beberapa kalimat. Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bertanya: "Apakah mereka akan mengusirku?" Waraqah menjawab, "Ya, tidak ada seorang pun yang datang dengan membawa seperti apa yang kamu bawa, kecuali ia akan disakiti. Dan sekiranya aku masih mendapati hari itu, niscaya aku akan menolongmu dengan pertolongan yang hebat." Tidak lama kemudian, Waraqah pun meninggal, sementara wahyu terputus hingga membuat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sedih. Muhammad bin Syihab berkata; Telah mengabarkan kepadaku Abu Salamah bin Abdurrahman bahwa Jabir bin Abdullah Al Anshari radliallahu 'anhuma berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menceritakan kejadian pertamakali turunnya wahyu, beliau bersabda: "Ketika aku tengah berjalan, tiba-tiba aku mendengar suara yang berasal dari langit, maka aku pun mengangkat pandanganku ke arah langit, ternyata di atas terdapat Malaikat yang sebelumnya mendatangiku di gua Hira` tengah duduk di atas kursi antara langit dan bumi. Aku pun lari darinya dan segera pulang menemui keluargaku seraya berkata, 'Selimutilah aku, selimutilah aku.'" Maka keluarga beliau pun segera menyelimutinya. Kemudian Allah menurunkan firman-Nya: 'YAA AYYUHAL MUDDATSTSIR QUM FA`ANDZIR WA RABBAKA FAKABBIR WA TSIYAABAKA FATHAHHIR WAR RUJZA FAHJUR (Wahai orang yang berselimut, bangkitlah, dan berilah peringatan. Dan Tuhan-mu agungkanlah. Dan pakaianmu sucikanlah, Dan tinggalkanlah sesembahan berhala).'" Abu Salamah berkata; Ar Rijza adalah berhala-berhala yang disembah oleh kaum Jahiliyah. Setelah itu, maka turunlah wahyu dengan beruntun.

KAMI JUGA MENGUTIPNYA PENJELASAN DARI SITUS jalanibrahim.wordpress.com

Yesaya 29 adalah sebuah pasal dalam ALKITAB yang memuat banyak petunjuk-petunjuk yang sangat menakjubkan tentang akhir dari Kerajaan Kenabian Bani Israel.. Pasal 29 dari Yesaya yang terkait dengan Nubuatan ini dimulai dari ayat 9 

29:9 Tercengang-cenganglah, penuh keheranan, h biarlah matamu tertutup, buta i semata-mata! Jadilah mabuk, j tetapi bukan karena anggur, k jadilah pusing, l tetapi bukan karena arak!

29:10 Sebab TUHAN telah membuat kamu tidur m nyenyak; matamu n --yakni para nabi o --telah dipejamkan-Nya dan mukamu--yaitu para pelihat p --telah ditudungi-Nya.

Yang tampak dari nubuatan di atas adalah bahwa ada suatu masa dimana kenabian dan pengutusan para utusan akan terhenti, dunia akan kosong dari kenabian, tidak ada nabi yang diutus pada suatu masa Bani Israel. Sesuatu yang dalam Islam disebut FATRAH…Masa kekosongan wahyu. Masa tak ada para utusan Tuhan dan para Nabi yang mengabarkan kepada umat manusia tentang kabar dari langit. Masa ini digambarkan sebagai “mata yang tertutup”, “buta”, “mabuk”, “pusing”. 

Mengenai FATRAH, silahkan baca artikel di situs islam.nu.or.id

Kemudian kalimat nubuatan berlanjut dengan: 

29:11 Maka bagimu penglihatan q dari semuanya itu seperti isi sebuah kitab yang termeterai, r apabila itu diberikan kepada orang yang tahu membaca dengan mengatakan: "Baiklah baca ini," maka ia akan menjawab: "Aku tidak dapat, sebab kitab itu termeterai";

29:12 Wa-nittan ha Seifer ‘al asher lo yada‘ seifer, le’mor: Qera na ze! Va-amar: Lo yada‘ti seifer 

29:12 And the book is sent upon [‘al] the one who is not learned, saying: ‘Read this, I pray you,’ and he says: ‘I am not learned

29:12 dan apabila kitab itu diberikan kepada seorang yang tidak dapat membaca dengan mengatakan: "Baiklah baca ini," maka ia akan menjawab: "Aku tidak dapat membaca." 

Maka yang tampak dari nubuatan ini adalah “Kitab yang bermeterai” atau “Kitab yang tertutup” atau “Sefer Ha Hatm”…Kitab Penutup diserahkan kepada kaum yang bisa baca tulis tapi mereka tak mampu membacanya… Maka ketika kitab itu, dan tidak dikatakan kitab tertutup lagi..Kitab itu diperintahkan kepada seseorang yang tidak tahu baca tulis maka ucapannya adalah “Aku tidak dapat membaca” 

Bandingkan nubuat Yesaya ini dengan kisah awal mula turunnya wahyu kepada Nabi Muhammad sholallahu alaihi wassalam. Malaikat Jibril memerintahkan beliau membaca lembaran Al-Qur’an “Iqra’!” yang berarti “Bacalah !“ . Dan beliau pun menjawab “Maa ana bi Qori’” yang berarti “Aku tidak dapat membaca”. Hal ini terjadi berturut-turut tiga kali. 

Kata “IQRA'” dalam bahasa Arab yang berarti “Bacalah” juga bersesuaian dengan teks Ibrani diatas yang berbunyi “QERA” 

”IQRA!..Bacalah dengan (menyebut) nama Rabbmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dengan segumpal darah. Bacalah, dan Rabbmulah Yang Paling Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam.Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (al-‘Alaq : 1-5) 

Kejadian yang sama pernah terjadi , ketika Tuhan pun berfirman kepada Nabi Elia yang sedang berada dalam gua di suatu malam, kita bisa membukanya dalam 1 Raja-raja 19:9 

1 Raja-raja 19:9 Di sana masuklah ia ke dalam sebuah gua l dan bermalam di situ. Maka firman TUHAN datang kepadanya, demikian: "Apakah kerjamu di sini, hai Elia? m "

Dalam situs mizanuladyan.wordpress.com yang hanya bisa dibuka lewat free proxy karena blokir InternetPositif kominfo, dikatakan: alangkah lucunya Tuhan tidak mau berkata atau berfirman dulu, nunggu cahaya lampu atau bulan baru mau berkata dan berfirman.

Daniel pasal 6 menjawabnya: 

6:17 (6-18) Maka dibawalah sebuah batu dan diletakkan pada mulut gua itu 5 , lalu raja mencap n itu dengan cincin meterainya dan dengan cincin meterai para pembesarnya, supaya dalam hal Daniel tidak dibuat perubahan apa-apa.

6:22 (6-23) Allahku telah mengutus malaikat-Nya s untuk mengatupkan mulut singa-singa t itu, sehingga mereka tidak mengapa-apakan aku, karena ternyata aku tak bersalah di hadapan-Nya; u tetapi juga terhadap tuanku, ya raja, aku tidak melakukan kejahatan."

Perhatikan batu di letakkan di mulut gua apalagi tujuannya agar Daniel dan para singa terkurung di sana, dan gelapnya gua tidak menghalangi para malaikat datang kepada Daniel untuk menolongnya. Pada kasus Rasulullah, Jibril datang ke gua untuk menyampaikan wahyu, dan pada kasus Daniel, untuk menolong Daniel.

Maka gugurlah argumentasi bagi mereka yang berdalih bahwa tak mungkin Tuhan berfirman dalam kegelapan GUA

Semua tuduhan bermuara pada dalil, ketika Tuhan melempar malaikat-malaikat yang berdosa ke dalam gua: 

2 Petrus 2:4 Sebab jikalau Allah tidak menyayangkan malaikat-malaikat yang berbuat dosa z tetapi melemparkan mereka ke dalam neraka 1 dan dengan demikian menyerahkannya ke dalam gua-gua yang gelap untuk menyimpan mereka sampai hari penghakiman; a

Pasal ini kemudian melanjutkan nubuatan akan kedegilan bangsa Yahudi yang abai terhadap perintah-perintah dan larangan Tuhan dalam Taurat: 

29:13 Dan Tuhan telah berfirman: "Oleh karena bangsa s ini datang mendekat dengan mulutnya dan memuliakan Aku dengan bibirnya, t padahal hatinya menjauh dari pada-Ku 1 , u dan ibadahnya kepada-Ku hanyalah perintah manusia v yang dihafalkan,

Mengapa ayat diatas ditujukan kepada bangsa Yahudi ? 

Karena dalam Perjanjian Baru sendiri Yesus Kristus Nabi dari Nazaret telah merujuk kepada pasal Yesaya ini ketika mencela pelanggaran demi pelanggaran yang dilakukan Bani Israel terhadap perintah dan larangan Tuhan. Matius 15: 

15:7 Hai orang-orang munafik! Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu: 

15:8 Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku 1 

15:9 Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia. t " u 

Atas sebab itulah maka terjadilah hal yang ajaib dan tidak masuk akal, susah diterima oleh akal ketika kenabian dan hikmat dicabut dari bangsa Yahudi dan tidak tampak lagi kearifan yang dahulu tampak pada Nabi-Nabi zaman dahulu 

29:14 maka sebab itu, sesungguhnya, Aku akan melakukan pula hal-hal yang ajaib kepada bangsa ini, keajaiban yang menakjubkan; w hikmat orang-orangnya yang berhikmat x akan hilang, dan kearifan orang-orangnya yang arif akan bersembunyi. y " 

Inilah ketetapan dari Tuhan Semesta Alam ketika berkehendak mencabut Kenabian itu dari Bani Israel dan diberikanNya Kenabian itu kepada bangsa yang diremehkan dan mereka hinakan, Bani Ismael, Bangsa Arab. Bangsa yang dianggap sebagai bangsa keturunan Ismael, anak Abraham yang dibuang ke Padang Bersyeba.. 

Matius 21:42 Kata Yesus kepada mereka: "Belum pernahkah kamu baca dalam Kitab Suci: Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru: hal itu terjadi dari pihak Tuhan, suatu perbuatan ajaib di mata j kita.

Yesus Kristus Nabi dari Nazaret telah menubuatkan hal ini sebelum kemangkatan beliau ke langit, perihal pencabutan Kerajaan Kenabian..Penutup Kenabian kepada bangsa yang lain yang bukan bangsa Yahudi, 

Matius 21:43 Sebab itu, Aku berkata kepadamu, bahwa Kerajaan Allah akan diambil dari padamu 1 k dan akan diberikan kepada suatu bangsa yang akan menghasilkan buah Kerajaan itu.

Pasal kemudian lebih jelas lagi menunjukkan bahwa Bani Ismael yang direndahkan akan ditinggikan dan bangsa yang semula ditinggikan tapi tegar tengkuk lagi ingkar terhadap hukum2 Tuhan akan direndahkan 

29:17. Bukankah hanya sedikit waktu g lagi, Libanon h akan berubah menjadi kebun i buah-buahan 1 , dan kebun buah-buahan itu akan dianggap hutan? j 

Dan dilanjutkan bahwa bangsa yang tak pernah mendapatkan pengutusan Nabi dan Rasul akan mendapatkan sebuah Kitab, dan kegelapan dan kebodohan bangsa Jahiliyah itu akan berakhir dengan diutusnya seorang Nabi kepada mereka 

29:18 Pada waktu itu k orang-orang tuli l akan mendengar perkataan-perkataan sebuah kitab, dan lepas dari kekelaman m dan kegelapan mata orang-orang buta akan melihat. n

29:19 Orang-orang yang sengsara o akan tambah bersukaria di dalam TUHAN, dan orang-orang miskin p di antara manusia akan bersorak-sorak di dalam Yang Mahakudus, q Allah Israel! 

Dan ini semua adalah akhir dari kesombongan bangsa Yahudi yang enggan dan abai terhadap hukum Tuhan yang mengakibatkan mereka harus beriman kepada seorang Nabi dari bangsa yang mereka hinakan, 

29:20 Sebab orang yang gagah sombong r akan berakhir s dan orang pencemooh t akan habis, dan semua orang yang berniat jahat u akan dilenyapkan,

Para pembaca ALKITAB tidak akan gagal memahami bahwa Ishak akan menjadi bangsa yang besar dengan banyaknya nabi-nabi yang diutus kepada keturunannya yang banyak berasal dari keturunan Yehuda anak Yakub. Akan tetapi ada masanya ketika pewarisan kenabian ini kelak akan berpindah tangan kepada keturunan yang lain. 

Kita bisa melihat isyarat ini di Kitab Kejadian 49 ketika Yakub pada akhir hidupnya menceritakan nubuat tentang nasib keturunan anak-anaknya, dan ketika menceritakan tentang keturunan Yahuda yang kelak akan mewarisi tongkat raja-raja dan kenabian maka ternubuatkan : 

49:10 Lo yasūr SHEIBET mi-yehūda u-mahoqeiq mi-bein raglayu ‘ad ki yabu SHILOH, va-lu yiqhat ‘amim

49:10 The SCEPTER shall not depart from Judah nor a lawgiver from between his feet until SHILOH comes, and unto HIM shall the obedience of the people be

49:10 TONGKAT KERAJAAN tidak akan beranjak dari Yehuda x ataupun lambang pemerintahan dari antara kakinya, sampai DIA DATANG YANG BERHAK y ATASNYA 1 , maka kepadanya z akan takluk bangsa-bangsa.

Sheibet atau tongkat kerajaan adalah perlambang kekuasaan kenabian dan kepemimpinan. Kerajaan dan Kenabian tidak akan berpindah dari keturunan Yahuda sampai datangnya “SHILOH” atau “DIA yang BERHAK ATASNYA“ dan kepadanya akan takluk bangsa2 di bumi. Kepada dia inilah Kerajaan dan Kenabian akan diberikan. 

Perpindahan tongkat kerajaan dan kenabian kepada keturunan yang lain ini lebih jelas dinyatakan dalam Yehezkiel 21:25-27 sebagai pembuangan SERBAN kenabian dan MAHKOTA kerajaan. 

21:25 Dan hai engkau, raja Israel, orang fasik yang durhaka, yang saatmu sudah tiba m untuk penghakiman terakhir, n 

21:26 beginilah firman Tuhan ALLAH: Jauhkanlah serbanmu dan buangkanlah mahkotamu! o Tiada yang tetap seperti keadaannya sekarang. Yang rendah harus ditinggikan, yang tinggi harus direndahkan. p 

21:27 Puing, puing, puing akan Kujadikan dia! Inipun tidak akan tetap. Sampai ia datang 1 yang berhak atasnya, q dan kepadanya akan Kuberikan itu. r " 

The New Interpreter’s Bible memberikan referensi bahwa SHILOH adalah sesosok manusia dari bangsa selain keturunan Yehuda yang akan menerima estafet tongkat kerajaan dan kenabian, “It most likely refers to a person. The basic image is clear: The poet depicts Judah as a royal figure, whose rule…will continue for a lengthy period until a climactic event occurs that assures a glorious future, 

Yesus Kristus Nabi dari Nazaret memberikan isyarat yang sama tentang perpindahan tongkat kenabian dan kerajaan ini akan terjadi sepeninggal beliau, 

Matius 21:43 Sebab itu, Aku berkata kepadamu, bahwa Kerajaan Allah akan diambil dari padamu 1 k dan akan diberikan kepada suatu bangsa yang akan menghasilkan buah Kerajaan itu. 

Sabda Yesus diatas sebagai penjelas dari nubuat dalam Kitab Taurat 

Ulangan 32:21 Mereka membangkitkan cemburu-Ku e dengan yang bukan Allah, mereka menimbulkan sakit hati-Ku dengan berhala f mereka. Sebab itu Aku akan membangkitkan cemburu mereka dengan yang bukan umat, dan akan menyakiti hati mereka dengan bangsa yang bebal. g

Karenanya, hal ini membuat Hikmat dan Kearifan terangkat ketika mereka menolak mengakui kenabian berada pada bangsa yang bodoh lagi hina dalam pandangan mereka…. 

Dan ini ditegaskan lagi di lanjutan dari YESAYA 29:13 

29:13 Dan Tuhan telah berfirman: "Oleh karena bangsa s ini datang mendekat dengan mulutnya dan memuliakan Aku dengan bibirnya, t padahal hatinya menjauh dari pada-Ku 1 , u dan ibadahnya kepada-Ku hanyalah perintah manusia v yang dihafalkan, 

29:14 maka sebab itu, sesungguhnya, Aku akan melakukan pula hal-hal yang ajaib kepada bangsa ini, keajaiban yang menakjubkan; w hikmat orang-orangnya yang berhikmat x akan hilang, dan kearifan orang-orangnya yang arif akan bersembunyi. y " 

Setiap orang yang mempunyai sedikit pengetahuan tentang Injil akan dapat menebak siapa yang di mata orang-orang Yahudi rasis dan sombong ini “bukan sebuah umat” –sesuatu yang tidak berarti dan “bangsa yang bodoh” jika bukan sepupu mereka keturunan Ismail– bangsa Arab yang dalam kata-kata Thomas Carlyle telah “mengembara tidak dikenal di padang pasir sejak penciptaan dunia!?” 

Jadi, karena Bangsa Israel menjauh dari Tuhan, maka nikmat kenabian yang selama ini dikaruniakan Tuhan kepada mereka, dicabut kembali oleh Tuhan dan diberikan kepada Bangsa Goyim Bangsa Ummiy Bangsa Bodoh Bangsa Jahiliah……Bangsa Arab.

TERIMAKASIH





Komentar

  1. Cidro

    Wis sak mestine ati iki nelongso
    Wong sing tak tresnani mblenjani janji
    Opo ora eling naliko semono
    Kebak kembang wangi jroning dodo

    Kepiye maneh iki pancen nasibku
    Kudu nandang lara kaya mengkene
    Remok ati iki yen eling janjine
    Ora ngiro jebulmu lamis wae

    Gek opo salah awakku iki
    Kowe nganti tego mblenjani janji
    Opo mergo kahanan uripku iki
    Mlarat bondo seje karo uripmu

    Aku nelongso mergo kebacut tresno
    Ora ngiro saiki ne cidro

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Blogger coba jawab 9 pertanyaan

Blogger Kristiani mencoba menjawab 9 pertanyaan yang diajukan oleh saudara kita Insan Mokoginta Blogger tersebut meskipun jawabannya tidak memuaskan semua pihak, tapi setidaknya telah berusaha dengan sedikit ilmu yang dimilikinya menjawab dengan keyakinan Kristennya, berikut kami tampilkan sedikit tulisan di laman blognya, Masukkristen . Langsung saja kita lihat apa yang Kristiani tersebut jawab dari 9 pertanyaan itu:  1. Mana pengakuan Yesus di dalam Alkitab bahwa dia beragama Kristen? Bagaimana mungkin Yesus beragama Kristen. Kristen itu berarti pengikut Kristus (Yesus), bagaimana mungkin Yesus mengikut Yesus? Hehehe  Kristen bukanlah nama Agama, tetapi nama sekumpulan orang yang mengikut Yesus.  Komentar Review-Ulasan:   Komen anda buka dengan pengakuan bahwa Kristen bukan nama agama, artinya anda tidak menemukan jawaban agamanya yesus, tapi menisbatkan Kristen sebagai pengikut yesus, dan itu klaim sepihak tanpa otorisasi dari yesus, sebab seperti kata anda bahwa Kristen bukan nama

Mokoginta bertanya

Berhadiah Mobil BMW Mustahil Kristen Bisa Menjawab H. Insan LS Mokoginta, menulis buku "Mustahil Kristen Bisa Menjawab", beliau seorang pakar kristolog, mantan kristen katolik yang alhamdulillah kembali ke fitrah-Nya, memeluk Islam. Beliau mengajukan sebelas pertanyaan berkaitan dengan ajaran Kristen dengan hadiah Rp. 10.000.000.- Bahkan untuk pertanyaan tentang Kebangkitan Yesus dalam Lukas. 24:44-46. beliau menyediakan hadiah mobil BMW bagi yang bisa menjawabnya. Berikut beberapa poin penting dari buku tersebut :  Sambutan Drs.H. Zahir Khan SH. Dipl. T.E.F.L (Ketua Umum Lembaga Kristologi Indonesia, Direktur Iqbal Academy Indonesia, dan Mantan Diplomat Indonesia)  Untuk yang kesekian kalinya saya bersyukur kehadirat Allah Swt. karena hanya dalam kurun waktu beberapa bulan ini, saya telah memberikan sambutan buat tulisan saudaraku Insan LS Mokoginta sampai enam kali. Saya salut dengan beliau yang begitu aktif dan terus berkreasi, padahal setahu saya, beliau orang yang begitu

WASIAT NABI YAKUB

Wasiat Nabi Ya'qub   Surat Al-Baqarah Ayat 133  أَمْ كُنْتُمْ شُهَدَاءَ إِذْ حَضَرَ يَعْقُوبَ الْمَوْتُ إِذْ قَالَ لِبَنِيهِ مَا تَعْبُدُونَ مِنْ بَعْدِي قَالُوا نَعْبُدُ إِلَٰهَكَ وَإِلَٰهَ آبَائِكَ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِلَٰهًا وَاحِدًا وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ  Adakah kamu hadir ketika Ya'qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" Mereka menjawab: "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya". Kejadian 49:28-33    49:28 Itulah semuanya suku Israel, w dua belas jumlahnya; dan itulah yang dikatakan ayahnya kepada mereka, ketika ia memberkati mereka; tiap-tiap orang diberkatinya dengan berkat x yang diuntukkan kepada mereka masing-masing.   Yakub meninggal dan dikuburkan   49:29 Kemudian berpesanlah y Yakub kepada mereka: "Apabila aku nanti dikumpulkan kepada